Lontar.id – Setidaknya ada tiga alasan Bambang Soesatyo (Bamsoet) tidak melanjutkan pencalonannya sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar pada Musyawarah Nasional (Munas) X Partai Golkar.
Pertama, karena ia melihat situasi menjelang munas dilaksanakan semakin memanas, kedua karena alasan kondusifitas politik dan ketahanan perekonomian dari pengaruh global.
“Yang ketiga, para senior tokoh partai Golkar, termasuk Pak Luhut. Kemudian ketua dewan pembina, Pak Aburizal Bakrie. Tadi kita bertemu, juga ketua dewan pakar, Pak Agung Laksono dan wakil ketua dewan kehormatan Pak Akbar Tanjung,” kata Bamsoet usai pembukaan Munas di Ritz Carlton Kuningan Jakarta, Selasa (3/12/2019).
Menurut Bamsoet, sebelum bertemu dengan Luhut dan Aburizal Bakrie, dia bertemu dengan sejumlah tokoh senior dan menyepakati agar pelaksanaan munas berlangsung dengan semangat persatuan.
“Saya memutuskan untuk tidak meneruskan untuk persatuan dan kesatuan Partai Golkar, plus semangat kami, dengan Pak Airlangga dan didampingi Pak Luhut, dewan pembina, dewan pakar, memberikan nasihat agar rekonsiliasi,” ucapnya.
Hasil pertemuan dengan Airlangga, Bamsoet mengaku telah membangun komitmen bahwa para loyalisnya akan dimasukkan dalam struktur pengurus sebagai bagian dari kesepakatan.
“Kami sudah sepakat dua gerbong ini akan disatukan. Jadi semangat rekonsiliasi inilah yang kemudian mendorong kita berdua untuk melakukan rekonsiliasi,” terangnya.
Sebelumnya, Bamsoet sempat perang urat saraf dengan Airlangga Hartarto. Kubu Bamsoet menuding Airlangga melanggar sejumlah regulasi terkait syarat pencalonan yang memasukkan syarat minimal 30 persen.
Selain itu, Airlangga dituding menggunakan tangan besi menyingkirkan kubu Bamsoet dari Alat Kelengkapan Dewan (AKD). Sehingga hal itulah yang membuat Bamsoet maju sebagai calon ketua umum (Caketum) melawan Airlangga.
Namun sebelum Munas di buka secara resmi oleh Jokowi, Bamsoet tiba-tiba mengundurkan diri setelah bertemu dengan Luhut Binsar Pandjaitan dan Abu Rizal Bakrie.