Lontar.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan waspada menghadapi sejumlah potensi ancaman bencana yang mengintai wilayah Ibukota negara.
Imbauan itu disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo saat melakukan kunjungan kerja ke kantor BPBD DKI Jakarta, Jumat (27/12/2019) sore.
Dalam pertemuan bersama Kalakhar BPBD DKI Jakarta, Subejo, Doni membuka paparan dengan mengingatkan kembali tentang rentetan bencana alam yang pernah terjadi di Jakarta, sekaligus potensi ancaman ke depannya sebagai bahan pembelajaran.
Kata Doni, setidaknya wilayah Jakarta pernah diguncang gempa besar sebanyak tiga kali dalam jarak waktu sekitar satu abad per kejadian. Tiga gempa itu masing-masing-masing-masing terjadi pada 5 Januari 1699 kemudian 22 Januari 1780 dan 10 Oktober 1834.
Jakarta juga masuk dalam wilayah yang dipengaruhi oleh tiga zona patahan, yakni Patahan Baribis, Patahan Kendeng dan Indo-Australia yang terletak di selatan Pulau Jawa.
Olehnya itu, BPBD DKI Jakarta juga diimbau untuk mementingkan upaya mitigasi, khususnya untuk infrastruktur sarana transportasi massal dan obyek vital.
“Buat mitigasi khusus untuk transportasi umum seperti LRT, MRT, KRL. Karena tanpa ada mitigasi yang baik, para pengguna transportasi ini bisa terjebak dalam kondisi yang buruk jika terjadi bencana. Segera lapor ke gubernur untuk mengambil langkah,” tegas Doni.
Potensi ancaman bencana lain di wilayah Jakarta juga datang dari gunung api. Salah satunya adalah letusan Gunung Krakatau yang berdampak bagi wilayah Selat Sunda hingga Jakarta pada abad 18 silam. Selain itu potensi gunung api juga bisa saja datang dari Gunung Gede Pangrango dan Gunung Halimun Salak.
Jakarta juga merupakan kota dengan penurunan tanah yang tercepat di dunia. Di sisi lain, kandungan air tanah di Jakarta sudah banyak tercemar oleh zat yang berbahaya.
Penggunaan air tanah yang berlebihan dan pesatnya pembangunan gedung bertingkat menjadi faktor penyebab terjadinya penurunan tanah di utara Jakarta.
“Penurunan muka tanah di Jakarta menjadi yang tercepat di dunia. Air tanah di DKI Jakarta juga sudah tercemar dan tidak layak konsumsi. Cisadane, Citarum dan Ciliwung menjadi tiga sungai besar yang melewati Jakarta dan mengandung timbal hingga merkuri,” ungkap Doni.
Buruknya kualitas udara karena polusi kendaraan bermotor dan minimnya hutan kota, juga menjadi sototan. Doni berharap, pemerintah daerah dapat menghijaukan kota dengan menanam pohon, sebagai langkah solusi nyata atas pencemaran polusi udara yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Menutup seluruh rangkaian paparan, Kepala BNPB menekankan tentang potensi bencana yang bahkan sudah kerap sekali terjadi di Ibu Kota, yakni banjir.
Doni berpesan kepada BPBD dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta agar serius mengatasi permasalahan yang ada setiap tahun tersebut. Jakarta sebagai Ibu Kota Negara harus dijaga karena terdapat Istana sebagai simbol negara yang harus dilindungi.
“Jangan sampai air (banjir) masuk ke Istana. Karena Istana merupakan simbol negara kita,” tegas Doni melalui rilis tertulis yang dikirimkan Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat (Kapusdatin Humas BNPB), Agus Wibowo.