Lontar.id – Pemilihan Umum (Pemilu) yang diselenggarakan serentak, tinggal menghitung hari lagi. 18 hari tersisa memang bukan waktu yang panjang bagi kontestan melakukan road show ke sejumlah daerah, menyosialisasikan visi-misi dan program kerjanya selama 5 tahun ke depan.
Jika melihat segmentasi pemilih, memang sebagian besar sudah menentukan pilihannya, entah memilih Jokowi atau Prabowo. 18 hari tersisa ini, kedua paslon hanya bisa menggarap suara pemilih yang belum menentukan pilihannya ‘swing voters’.
Menurut hemat saya, para swing voters masih menunggu dan menimbang-nimbang siapa calon yang akan mereka pilih. Tentu dengan merujuk pada tipikal pemimpin dan inovasi seperti apa yang ditawarkan para calon. Jika pola kampanye kandidat masih menggunakan cara lama, yaitu menggunakan simpatik publik menggaet suara bukan karena program yang ditawarkan, maka pemilih mengambang bisa saja tidak akan memilih Jokowi atau Prabowo.
Karena keduanya dianggap tidak memberikan harapan atau perbaikan hidup bagi mereka, ketimbang memilih tapi tidak berdampak pada dirinya, lebih baik mereka menghabiskan waktunya pergi berlibur.
Forum Umat Islam (FUI) Jaga TPS
Forum Umat Islam (FUI) berencana akan menjaga proses terlaksananya pemilu yang Jurdil dan Luber pada 17 April nanti. Gerakan tersebut dinamakan sebagai Subuh Akbar Indonesia (SAI) dan Putihkan Tempat Pemungutan Suara (TPS). Gerakan ini didukung oleh ormas Front Pembela Islam (FPI), Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) dan Persaudaraan Alumni (PA) 212, yang diketahui merupakan barisan pendukung dari calon nomor urut 02, Prabowo-Sandi.
Ormas Islam yang menjaga TPS pada hari pencoblosan menurut saya, tidak sekadar untuk memastikan agar pemilu berlangsung dengan damai, melainkan kelompok Islam ingin memastikan jika jagoannya Prabowo-Sandi menang di pemilu. Langkah ini memang sangat cerdas, meskipun menggunakan jubah agama melegitimasi gerakan ini.
Sekilas memang tidak ada yang salah dengan gerakan ini, sebab agama tidak saja mengurus masalah akhirat semata, melainkan agama juga menyangkut urusan dunia, salah satunya masalah politik.
Sebab politik memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena politik harga-harga barang naik, lewat politik regulasi diterbitkan melalui parlemen bahkan menyangkut kehidupan masyarakat sehari-hari.
Peran Islam dalam pentas politik praktis, sebelumnya hanya diwakili oleh partai-partai politik Islam. Lewat institusi partai, Islam hanya sekadar dijadikan sebagai simbol semata untuk melegitimasi peran partai, namun pada kenyataannya, partai Islam belum merepresentasikan keinginan umat Islam di Indonesia.
Maka dalam pemilu 2019 ini, kelompok Islam sudah mulai merambat masuk dan menjadi bagian terpenting dalam proses politik. Dengan memberikan dukungan politik ke Prabowo-Sandi. Hal ini akan menjadi ancaman serius bagi petahana Jokowi untuk melenggang mulus mempertahankan kekuasaanya dua periode.
Gerakan SAI dan TPS yang di prakarsai oleh ormas Islam ini, kita bisa melihat tanda-tanda kemenangan Prabowo-Sandi, karena di sana tempat bagi warga negara menyalurkan hak suaranya. Jika Jokowi-Amin tidak mempunyai formula lain membendung gerakan ini atau membuat sebuah gebrakan baru menandingi gerakan ormas Islam, menurut saya, sangat sulit bagi Jokowi-Amin keluar sebagai pemenang.
Apakah karena gerakan ini satu-satunya fariabel kekalahan Jokowi, mungkin saja tidak. Tetapi Prabowo hanya ingin memastikan jika pemilihnya tidak lari ke kubu sebelah, sebab Prabowo tinggal mempertahankan pemilih loyalnya saja itu sudah bisa menang.