Lontar.id – Jumlah kasus bencana di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah (Jateng) pada tahun 2021 menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Bupati Wonogiri Joko Sutopo, menjelaskan, berdasarkan data tahun 2020 jumlah kejadian bencana di kabupaten itu sebanyak 93 kejadian, dengan total kerugian mencapai Rp1.287.100.000.
“Pada 2021, hingga awal November tercatat tujuh kejadian bencana dengan taksiran nilai kerugian sebesar Rp22.000.000,” demikian tertulis dalam rilis Pemprov Jawa Tengah, Sabtu, 20 November 2021.
Dia mengakui, wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan daerah dengan poin potensi bencana alam sangat tinggi, baik di musim kemarau maupun hujan.
“Ini merupakan konsekuensi dari letak geografis Kabupaten Wonogiri yang berada di zona merah bencana alam. Segenap perangkat pemerintahan memiliki kewajiban yang sama untuk bersinergi dalam penanganan bencana alam, diawali dengan membangun kesadaran untuk tetap hidup dengan aman di wilayah zona merah bencana alam,” imbuh bupati yang akrab disapa Mas Jekek ini.
Bupati Wonogiri mengatakan, tidak seorangpun yang mengharapkan terjadinya bencana. Namun, apabila bencana itu terjadi, seluruh komponen, termasuk masyarakat, dituntut siap menghadapi dengan sigap dan bijaksana.
“Bencana tentu tidak kita inginkan terjadi, akan tetapi, sikap waspada dan siaga perlu selalu dikedepankan, karena potensi kebencanaan dapat muncul setiap waktu. Dan kesiapan dalam menghadapinya, sangat penting demi menghindari jatuhnya korban jiwa, atau kerusakan yang menimbulkan kerugian berupa harta atau benda,” ujarnya.
Jekek juga mengapresiasi hadirnya para relawan di berbagai organisasi masyarakat dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) hingga ke tingkat desa/ kelurahan dalam penanganan bencana alam. Hal itu membuat kondisi tangguh bencana semakin kuat di Kabupaten Wonogiri.
Sementara itu, dalam Sarasehan Kesiapsiagaan Bencana Daerah yang berlangsung di Pendapa Rumah Dinas, Wakil Bupati Wonogiri Setyo Sukarno, mengatakan, hadirnya relawan tersebut, menjadi pionir tanggap bencana dan menjadikan Wonogiri yang terletak di zona merah bencana semakin tangguh.
“Sikap inilah yang perlu terus ditumbuhkembangkan, diwariskan dari generasi ke generasi, agar karakter mulia ini menjadi karakter masyarakat Indonesia, yang kental dengan nuansa gotong royong,” ujarnya.
Setyo menekankan perlunya penyusunan gambaran kondisi riil potensi rawan kebencanaan dalam suatu peta dan data yang rinci, untuk kemudian diinformasikan kepada masyarakat. Sehingga, muncul tindakan antisipatif yang dapat dilakukan bahkan hingga ke anak-anak yang harus hidup di daerah rawan bencana.
“Anak-anak diberikan pemahaman tinggal di wilayah rawan bencana, tindakan apa yang harus dilakukan manakala berhadapan dengan situasi yang kritis. Dengan metode yang tepat, pemahaman menghadapi bencana akan menjadi reflek yang bagus, yang sangat berguna pada situasi kritis dan situasi darurat, yang mungkin terjadi yang ditimbulkan bencana alam,” tuturnya.
Sebagai informasi, sarasehan juga yang diselenggarakan via zoom meeting tersebut juga diikuti anggota Babinsa Kecamatan, Kepala Desa, Lurah, Ketua BPD, Ketua LPM, dan anggota relawan Desa Tangguh Bencana se-Kabupaten Wonogiri.