Lontar.id – Sejumlah patung berjejer rapi di kediaman Azmir Azhari, 67 tahun, di kawasan Kebun Jeruk, Jakarta Barat, Selasa, 21 Juli 2020. Sebagian besar patung di situ berbentuk wajah manusia.
Patung berbentuk wajah tokoh nasional maupun tokoh-tokoh dunia tersebut, seluruhnya merupakan karya Azmir, pematung senior jebolan Akademi Seni Rupa (ASRI) Yogyakarta, yang saat ini bernama Institut Seni Indonesia (ISI).
Di situ ada patung berbentuk wajah Prof Dr H Tabrani Rab, Lis Shao Bo, hingga patung Jenderal Sudirman dan Taufik Kiemas. Puluhan patung telah tercipta dari tangan dinginnya.
Saat ditemui Lontar, Azmir tengah menyelesaikan patung garapannya, berbentuk wajah maestro lagu campursari, Didi Kempot. Jemarinya lincah mengoles dan menorehkan campuran bahan patung berwarna abu-abu.
Sesekali dia menggoreskan semacam alat berbentuk seperti sendok, untuk membuat detil guratan wajah pada patung.
Patung-patung karya pria kelahiran asal Payakumbuh, Sumatera Barat itu bukan hanya di Indonesia, tetapi telah tersebar ke beberapa negara, seperti China, Hongkong, Jepang, Singapura dan banyak negara lainnya.
“Saya mematung mempelajari urat wajah, gestur, dan anatomi pada tubuh manusia, dan saya mengamati gambar yang akan dibuat patung tidak bisa hanya dengan satu foto saja,” jelasnya.
Di Indonesia sendiri, beberapa patung buatannya sudah menjadi koleksi museum, antara lain patung Jenderal Sudirman dan patung knalpot yang berlokasi di Purbalingga, serta patung Kapten Pierre Tendean yang kini disimpan di Museum Satria Mandala.
Pria kelahiran tahun 1953 tersebut mengaku telah bercita-cita menjadi seniman sejak masih duduk di bangku SMA. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, dia melanjutkan kuliah di ASRI dan mengambil jurusan seni lukis. Saat itu tahun 1973.
Namun, hanya setahun berselang, keinginannya untuk menjadi pelukis goyah. Dia lalu beralih jurusan untuk menekuni seni patung pada tahun 1974.
Keputusan untuk beralih menjadi pematung bukan tanpa sebab. Azmir mengaku terinspirasi dari seorang maestro patung Indonesia, yang merupakan idolanya, yakni Edhi Soenarso.
Azmir kemudian menekuni seni patung realis. Ia mendapatkan referensi ilmu dari Edhi Soenarso dan pematung asal Prancis, Auguste Rodin.
Bagi Azmir, patung bukan sekadar nilai seni, akan tetapi juga mengandung nilai sejarah bagi bangsa.
“Sebab, seni patung yang saya dalami, sebagai catatan sejarah dari para pahlawan yang dapat direkam rupanya, bentuknya, wajahnya, sikapnya, geraknya, proporsi tubuhnya menjadi satu bentuk tiga dimensi yang diabadikan. Sehingga, orang melihat, wah ini pahlawan saya,” pungkasnya.
Editor: Kurniawan