Lontar.id – Peserta Musyawarah Perencanaan Pembangunan Wilayah (Musrenbangwil) Bregasmalang-Petanglong untuk Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Jateng tahun 2021, mengusulkan pelatihan bahasa isyarat.
Musrenbangwil tersebut digelar di Aula Islamic Center, Brebes, Kamis (5/3/2020). Acara dihadiri perwakilan para kepala daerah (WP) Bregasmalang-Petanglong meliputi Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal (Slawi), Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Batang.
Dikutip dari keterangan tertulis Pemprov Jateng, dalam Musrenbangwil itu mengemuka beberapa usulan. Seperti usulan sekolah layak anak, disabilitas agar lebih dipedulikan, hingga beberapa inovasi daerah dalam menyelesaikan kemiskinan.
Suara anak diwakili Nadalia dari SMAN 6 Pekalongan sekaligus Forum Anak Pekalongan. Nadin, sapaanya, menyampaikan usulan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, agar sekolah menjadi tempat layak anak. Yang ditandai dengan fasilitas yang lebih ramah, khususnya di Kota Pekalongan.
Menurut Nadin, sejauh ini pengelolaan sekolah yang ramah anak di kotanya memang sudah bagus, termasuk di sekolahnya. Namun dia berharap agar lebih ditingkatkan lagi. Dia mencontohkan, fasilitas yang ramah anak adalah mainan tangga, meja, dan lainnya harus diperbaiki.
Di hadapan gubernur, Nadin juga memeragakan cara cuci tangan dengan baik. Hal itu dilakukan agar semua orang mulai hidup bersih dengan cara cuci tangan. Dia belajar cara cuci tangan dari sekolah dan media sosial, terutama akun forum anak. Di akun itu dia bahkan melakukan gerakan cuci tangan dengan aplikasi TikTok. Berkat kebolehannya, gubernur menghadiahkan satu unit laptop.
“Terima kasih atas laptopnya. Semoga bermanfaat. Salam dari Forum Anak Pekalongan,” imbuh dia.
Sementara, seorang difabel asal Brebes, Jo,
dibantu penerjemah bahasa isyarat, mengusulkan adanya pelatihan bahasa isyarat, khususnya bagi penyandang disabilitas. Sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan baik.
Penyandang disabilitas lain, Sandi Lesmana asal Kabupaten Tegal, berharap ada kartu penyandang disabilitas yang dipegang setiap penyandang. Tujuannya, selain sebagai identitas, juga membantu difabel saat mendapat bantuan.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, dalam kesempatan itu kepala daerah yang diundang tidak mengajukan usulan program, melainkan menyampaikan usulan dan inovasinya dalam menurunkan kemiskinan.
Wakil Wali Kota Pekalongan A Afzan Arslan Djunaid misalnya. Dia menyatakan, di wilayahnya mempunyai inovasi seperti MCK Adaptif di Bandengan Pekalongan.
“MCK Adaptif ini diharapkan jadi pilot project untuk daerah rob sehingga masyarakat bisa mendapatkan sanitasi yang baik,” kata Afzan.
Adapun masalah yang masih mendera hingga sekarang adalah banjir dan rob. Karena itu dia berharap agar Pemerintah Provinsi Jateng bisa menangani persoalan banjir dan rob.
“Permasalahan banjir dan rob masih terjadi di Kota Pekalongan,” ujarnya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, pada pelaksanaan Musrenbangwil tahun ini, pihaknya fokus menampilkan beberapa isu kemiskinan di beberapa daerah. Seperti, di Kabupaten Tegal yang penurunan kemiskinannya terhitung bagus. Dia berharapan kegiatannyang bisa mempercepat penurunan kemiskinan bisa dicontoh daerah lain.
Selain itu pihaknya juga mengapresiasi usulan anak-anak mengenai sekolah ramah anak, serta masukan para penyandang disabilitas yang menghendaki kartu penyandang disabilitas, dan SIM D.
“Anak-anak juga butuh sekolah layak anak, dan implementasi sekolah layak anak. Sampai pada usul mbok dibuatin bus sekolah. Ini kan usulan-usulan bagus,” kata dia.
Ganjar juga mendengar usulan wanita single parent, yang membutuhkam pelatihan kerja guna membiayai keluarga. Dia melihat kegiatan ini merupakan refleksi dari pemprov menyelesaikan persoalan Jateng. Jika nanti ada inovasi suatu daerah yang bagus dan bisa diadopsi maka itu akan bisa dipraktikkan provinsi.
“Harapannya, inovasi yang ada itu, bermanfaat untuk provinsi,” ujarnya.