Lontar.id – Seorang warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas IIA Pangkal Pinang, Muslim bin Haririm, melarikan diri, Minggu (13/2/2022). Petugas membentuk tim untuk memburunya.
Kepala Lapas Narkotika Pangkal Pinang, Sugeng Hardono, menjelaskan, tim gabungan yang dibentuk terdiri dari petugas Lapas Narkotika Pangkal Pinang, Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka Belitung, Kepolisian Resor Pangkal Pinang.
Selanjutnya, Badan Narkotika Nasional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan Badan Narkotika Nasional Kota Pangkal Pinang segera melakukan olah kejadian perkara di tempat kejadian perkara dan menggelar apel siaga.
Muslim bin Haririm dijatuhi pidana 7 tahun subsider 6 bulan dan denda Rp800.000, dan baru menjalani sekitar 1,5 tahun masa pidana.
Warga Lampung Tengah itu diduga kabur dari lapas dengan cara memanjat tembok Lapas sekitar pukul 16.00 WIB di tengah kondisi hujan dan angin kencang.
Kepala Lapas Narkotika Pangkal Pinang, Sugeng Hardono, mengatakan tim gabungan yang dibentuk terus memburu keberadaan Muslim. Mereka meyakini pelarian Muslim belum terlalu jauh mengingat yang bersangkutan tidak mengantongi alat komunikasi dan tidak memiliki cukup uang.
“Kemungkinan besar masih di sekitar sini (Pangkalpinang) karena dia tidak bawa handphone dan uang. Pastinya langkahnya terbatas, kecuali ada yang membantu,” tuturnya.
Untuk itu, Sugeng mengimbau masyarakat segera melapor kepada pihak kepolisian atau Lapas dan Rumah Tahanan Negara terdekat jika melihat orang yang mirip dengan ciri-ciri Muslim sebagaimana telah dirilis pihak kepolisian.
Ia pun mengingatkan agar tidak ada masyarakat yang melakukan tindakan menentang hukum dengan membantu pelarian narapidana yang tengah diburu.
Menurut Sugeng, usai kaburnya narapidana ini, pihaknya meningkatkan serta memperkuat pengawasan dan pengamanan di Lapas Narkotika Pangkalpinang. Patroli rutin yang seharusnya dilakukan empat kali dalam sehari, kini ditingkatkan menjadi 6-8 kali.
Kaburnya narapidana ini juga menjadi bahan evaluasi bagi pihak Lapas. Meski Standar Operasional Prosedur pengamanan di Lapas dinilai cukup mumpuni, nyatanya masih ada celah bagi narapidana untuk melarikan diri.
“Yang jelas, kami mengambil hikmah. Mungkin selama ini kami merasa tembok setinggi tujuh meter itu tidak bisa dilewati, ternyata bisa. Artinya ke depan apa? Kami harus meningkatkan kewaspadaan,” tandasnya.