Lontar.id – Jika hujan turun terus menerus, sejumlah daerah di Sulawesi Selatan, termasuk Kota Makassar terancam banjir, karena kurangnya daerah serapan air dan alihfungsi lahan serta pendangkalan sungai.
Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Nurdin Abdullah, mengatakan bahwa penyebab banjir di wilayah Gowa dan Makassar menjadi perhatiannya.
“Penyebab Banjir, untuk wilayah Gowa dan Makassar jadi perhatian. Itu dari dulu DAS Jeneberang sudah super kritis, indikatornya penandangkalan Cekdam Jeneberang,” urainya saat memimpin Apel Siaga Bencana, di Lapangan Karebosi, Rabu (8/1/2020).
Padahal cekdam itu, kata Nurdin, multipurpose untuk 100 tahun. Tapi, sekarang baru 20 tahun mulai dikeruk karena daya tampung sungai yang mengalami pendangkalan.
Tahun ini, tambah Nurdin, pemerintah memulai pembangunan Bendungan Jenelata di Gowa. Dibutuhkan anggaran sebesar Rp1,7 triliun untuk pembangunan itu.
“Kalau ini selesai, kita punya rasa aman karena Bendungan Bilibili mengalami pendangkalan,” imbuhnya.
Bukan hanya Jeneberang, Nurdin mengatakan, hampir semua DAS di Sulsel, seperti DAS Walennae dan DAS Saddang rawan meluap, sehingga dikhawatirkan mengakibatkan banjir. Itu semua, menurutnya akibat perambahan hutan.
“Untungnya sekarang, kewenangan tentang kehutanan sudah di tangan provisi. Bukan lagi di kabupaten/kota. Dan kini kita mulai konsolidasi dengan kabupaten/kota untuk melakukan pencegahan, termasuk melakukan mitigasi bencana,” tambah Nurdin.
Nurdin juga memeriksa kesiapan tim dan peralatan tanggap darurat. Menurutnya, semua peralatan sudah siap. Mulai dari alat evakuasi, persiapan logistik.
“Jadi saya ingin sampaikan, kenapa kita harus siap siaga menghadapi curah hujan yang ekstrim, kalau curah hujan normal bili-bili ini masih mampu menahan air,” lanjut Nurdin.
Sementara itu, dari data Info Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang melaporkan muka tinggi air Bendungan Bilibili setinggi 83,93 meter di atas permukaan laut (mdpl), dari muka tinggi air normal 99,5 mdpl.