Lontar.id – Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Gowa, Priska Paramita, menemui satu-satunya penenun sutra Gowa yang masih eksis di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sartika.
Melalui rilis tertulis Humas Pemkab Gowa, Senin (30/12/2019), Sartika yang juga merupakan Ketua UKM Cora La’ba, mengaku sudah berprofesi sebagai penenun sejak belasan tahun lalu.
Dia terus berkarya menghasilkan sarung cora’ la’ba (sarung tenun sutra dengan motif besar). “Saya ini sudah menenun belasan tahun. Terlalu cinta saya sama tenun sutra. Bahkan saya siap sepenuh jiwa raga saya membawa cora’ la’ba ditingkat nasional hingga internasional,” cerita Sartika di sela-sela penyerahan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang diserahkan oleh Priska Paramita di workshop UKM Cora’ La’ba, Minggu sore (29/12/2019).
Bantuan yang diberikan kepada UKM cora’ labba berupa penambahan satu Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan perbaikan workshop tempat penun bekerja. Sehingga kehadiran ATBM ini mencukupkan tiga alat tenun untuk digunakan UKM Cora’ La’ba berkarya.
“Saya sebagai penenun dan Ketua UKM sangat senang Ibu Bupati Gowa punya perhatian besar terhadap kain sutra asli Gowa. Perhatian ini membuat kami menjadi semakin bersemangat berkarya menghasilkan variasi motif kain sutra Gowa,” ujar Dg Bollo panggilan sehari-hari Sartika.
Melalui bantuan alat tenun diharapkan ada penambahan produktifitas kain tenun sutra yang dihasilkan. Baik dalam segi kuantitas maupun kualitas.
“Saat ini kami menghasilkan 10 lembar kain sutra dalam 1 alat tenun perbulan. Bertambahnya alat tenun akan menambah produktivitas UKM kami,” tambahnya lagi.
Priska Paramita selaku ketua TP PKK Gowa menjelaskan ketertarikannya kepada kain sutra khas Gowa. Dia ingin menjaga marwah sutra Gowa, agar tidak punah.
“Memperkenalkan, ditingkat nasional hingga internasional. Jangan sampai cora’ la’ba yang asli milik kita orang Gowa diklaim di daerah lain bahkan diluar negeri,” ceritanya penuh antusias.
Istri Bupati Gowa ini juga meminta agar penenun mencoba memodifikasi motif yang ada dengan beberapa tambahan motif, dan mempertahankan kualitasnya.
“Sutra Gowa itu sudah ada ciri khasnya, pertahankan. Modifikasi dengan tambahan motif lainnya. Terus kualitasnya kita jaga, ketebalan sarung, kualitas benangnya. Jangan kerja buru-buru. Kualitas nomor satu. Kalau ada kualitas pasti ada pembeli,” tambah Priska.
Menghasilkan sebuah sarung sutra sendiri melewati beberapa tahapan diawali dengan pemasakan, pencelupan ( pemberian warna)baik alami maupun sinteis, pengelosan (memasukan benang ke bambu-bambu atau kletek), penghanian( mengatur motif) dan kemudian di tenun dan menghasilkan sarung.
Proses panjang yang dilewati dengan secara handmade (buatan tangan) sehingga wajar jika sarung sutra dibandrol harga diatas 1 juta. “Sebagai orang Gowa minimal kita punya 1 sarung sutra Gowa hasil karya orang Gowa. Selain untuk membantu secara perekonomian bagi penenun sutra juga mempertahankan kreasi dan peninggalan anak bangsa,” tutup Priska
Ketua TP PKK Kecamatan Pallangga, Risma Kadir Nyampa, membenarkan bahwa Sartika merupakan satu-satunya penenun sutra Gowa di Kecamatan Pallangga.
Menurutnya, dia diberi tugas oleh Ketua TP PKK Gowa untuk menelusuri, mencari penenun. “Setelah saya mencari hingga pelosok Pallangga ternyata tersisa satu yang di Desa Taeng. Di desa lain penenun tidak ada penerusnya,” jelasnya.
Dia juga mengaku TP PKK Kecamatan Pallangga siap untuk membantu pemasaran sutera Gowa produksi warga.