Lontar.id – Tema besar peringatan Hari Santri 2021 sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, yang sedang berupaya memulihkan perekonomian nasional.
Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin, dalam webinar internasional Santri Membangun NKRI: Refleksi Transformasi di Bidang Sosial, Politik, Ekonomi, dan Kebudayaan, Rabu, 20 Oktober 2021.
“Merupakan tema yang sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, yang sedang berupaya memulihkan kembali perekonomian nasional, dan melakukan transformasi ekonomi untuk menggerakkan seluruh sektor perekonomian dengan melibatkan partisipasi masyarakat,” ucap Ma’ruf.
Ma’ruf menambahkan, kemerdekaan yang diraih Indonesia sejak 76 tahun yang lalu tidak terlepas dari peran pesantren.
Para ulama dan santri pada masa perjuangan telah membangun jaringan di tingkat lokal maupun internasional. Salah satunya adalah perjuangan para santri dan ulama sejak awal abad ke-19 untuk melawan penjajahan, yang oleh ahli sejarah mendiang Prof Sartono Kartodirjo disebut sebagai religious revival (kebangkitan agama).
“Menurut saya yang lebih tepat adalah kebangkitan santri dan ulama karena para pelakunya adalah para santri dan ulama. Kebangkitan santri dan ulama ini kemudian telah turut menginspirasi lahirnya kebangkitan nasional,” tambahnya.
Ma’ruf juga menyebut bahwa pada masa perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan NKRI, para santri juga turut berperan dalam mencegah kembalinya penjajah setelah kemerdekaan Indonesia yang baru saja diproklamirkan dua bulan sejak 17 Agustus 1945 dengan datangnya tentara NICA.
Dan pada saat itulah Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa jihad yang kemudian ditindaklanjuti oleh PBNU dengan menerbitkan Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 di Surabaya.
Isi dari Resolusi Jihad itulah antara lain “melawan penjajah hukumnya adalah fardhu ‘ain”. Resolusi Jihad ini kemudian menginspirasi para ulama dan santri untuk ikut bertempur mengusir tentara NICA sehingga terjadi pertempuran 10 November di Surabaya yang akhirnya berhasil mengusir tentara NICA. Oleh karena itu, tanggal 22 Oktober oleh pemerintah ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional.
Setelah kemerdekaan, pesantren di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan pesat, sehingga kini berjumlah lebih dari 34 ribu pesantren.
Perubahan pola kehidupan sosial masyarakat, adanya reformasi pendidikan, dan terjadinya era disrupsi, telah menuntut pesantren untuk terus melakukan penyesuaian dan perubahan dengan tetap menjaga citra eksistensinya.
Kata Ma’ruf, Hari Santri Nasional yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia merupakan momentum bagi para santri, ulama, dan juga pemimpin bangsa Indonesia, untuk kembali memupuk semangat nasionalisme, semangat kebangsaan, dan semangat cinta tanah air, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulu bangsa.
“Dengan memupuk semangat kebangsaan dan cinta tanah air (hubbul wathan), berarti akan menumbuhkan semangat persatuan, dan meminimalisir tumbuhnya eksklusivisme, intoleransi, dan radikalisme di Indonesia,” tuturnya.
Sikap seperti ini harus dibarengi dengan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai saling menghargai, saling membantu dan menjaga, serta menguatkan solidaritas sosial dan tali persaudaraan antar anak bangsa.