Tuesday, May 20, 2025
Jaringan :   Cermis.id   Etnis.id
Lontar.id
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • RagamHiburan
  • KolomOpini
No Result
View All Result
Lontar.id
Home Artikel

Memaknai Siri’ Lewat Pujian Krisnha Murti Terhadap PSM

Oleh Syariat Tella
22 February 2019
in Artikel, Budaya
Memaknai Siri’ Lewat Pujian Krisnha Murti Terhadap PSM

Ekspresi Sedih Suporter PSM saat timnya bermain imbang di Kandang Bhayangkara FC 2018 lalu. (Lontar.id/Ghazali)

685
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Jakarta, Lontar.id – “Ini bicara bagaimana Kalian menjaga Siri’ di sepak bola,” begitulah sepenggal kalimat yang ditulis Wakil Satgas Anti Mafia Bola, Brigjen Pol Krisnha Murti pada akun instagram pribadinya @krisnhamurti_bd91, Kamis (21/2/2019).

Hingga, Jumat (22/2/2019), tulisan Krisnha itu telah disukai 70.158 orang. Beragam komentar dari banyak fans sepak bola ikut mengapresiasi. Suporter PSM pun tak ketinggalan mengisi kolom komentar. Bahkan, CEO PSM Makassar, Munafri Arifuddin juga tak luput memberikan respons.

Baca Juga: Daeng Uki, Romansa dan Cinta Tak Bersyarat kepada PSM

Sebagian besar pendukung PSM Makassar merasa bangga. Kerinduan akan gelar juara yang dinantikan sedikit terbayar dengan dukungan positif. Kata Siri’ juga memenuhi kolom komentar. Krisnha Murti mengaku bukan orang Makassar atau berdarah Sulawesi Selatan (Sulsel). Tapi, dia mengerti apa itu makna Siri’ bagi orang Sulsel.

“Saya bukan orang Makasar. Saya orang Indonesia lahir di Ambon, Besar di Jakarta Malang dan Bandung. Tapi hari ini saya nyatakan, SAYA BANGGA KEPADA KALIAN PSM.. I LOVE YOU PSM EWAKO #kmupdates (Mudah2an suatu waktu saya bisa nonton bola bersama kalian di stdion kebanggaan Makasar) @psm_makassar .
Maaf ini bukan bicara mafia, bukan bicara Satgas, bukan bicara gelar
,” terang Krisnha di awal tulisannya.

View this post on Instagram

Saya bukan orang Makasar. Saya orang Indonesia lahir di Ambon, Besar di Jakarta Malang dan Bandung. Tapi hari ini saya nyatakan, SAYA BANGGA KEPADA KALIAN PSM.. I LOVE YOU PSM EWAKO #kmupdates (Mudah2an suatu waktu saya bisa nonton bola bersama kalian di stdion kebanggaan Makasar) @psm_makassar . Maaf ini bukan bicara mafia, bukan bicara Satgas, bukan bicara gelar. Ini bicara bgmn Kalian menjaga SIRI’ di sepakbola.. ???????❤️❤️❤️❤️❤️ . AYO SUPPORTER SELURUH INDONESIA, AJAK PENGURUS KALIAN UNTUK JUJUR. INI SEPAK BOLA ADALAH HARGA DIRI KITA SEMUA. LEBIH BAIK KALAH TAPI JUJUR DARIPADA MENANG DG MENGGADAIKAN KEJUJURAN.. 2019 KITA BANGKIT SEMUA ..!!!!!

A post shared by Krishna Murti (@krishnamurti_bd91) on Feb 20, 2019 at 9:14pm PST

PSM disebut Krisnha, anti terhadap mafia bola. Apalagi sampai menyuap wasit hanya untuk dipermudah sebagai pemenang. Pernyataan Krisnha tersebut didasari oleh keterangan beberapa wasit sepak bola Indonesia yang telah diperiksa pihaknya.

Baca Juga: Untuk Bung, Kawanku yang Menjadi Suporter PSM Makassar

Ada tiga klub Liga 1 yang dianggap bersih dari suap maupun gratifikasi terhadap perangkat pertandingan. Mereka adalah Persib Bandung, Persipura Jayapura, dan PSM Makassar.

Pujian Krisnha lalu diungkapkannya dengan mengupload sebuah video kesedihan suporter PSM Makassar. Pada musim 2018 lalu, PSM Makassar hanya mampu finis di posisi kedua Liga 1. Kemenangan PSM di laga akhir atas PSMS Medan kala itu terus diiringi teriakan mafia bola.

Baca Juga: Jika PSM Kehilangan Huruf P dan S

Suporter PSM menganggap tim mereka lebih pantas meraih juara di tengah mengemukanya kabar soal pengaturan skor hingga dugaan suap terhadap wasit.

Lontar.id/Ghazali

Namun, Sikap Fair Play PSM Makassar dalam kompetisi mendapat apresiasi yang besar dari Krisnha. Apalagi klub berjuluk Juku Eja itu mampu menjaga budaya Siri’ mereka dalam sepak bola. Kata Siri’ sendiri merupakan bahasa daerah Bugis-Makassar. Secara umum, Siri’ diartikan sebagai rasa malu.

Makna Siri’ dalam Budaya

Budaya Siri’ hingga kini masih melekat dalam falsafah masyarakat Sulsel. Khususnya Bugis-Makassar. Di Sulsel, terdapat berbagai macam suku dengan segala kebudayaan yang dimilikinya. Yaitu suku Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar.

Baca Juga: Masihkah Sepakbola Kita Tak Ramah Perempuan?

Di dalam kebudayaan aslinya, masyarakat Makassar dan Bugis menjadikan siri’ na pacce sebagai pegangan atau falsafah hidup yang tertuang dalam sistem sosial. Falsafah tersebut sebagai dasar pijakan hidup orang Bugis-Makassar baik di daerahnya maupun saat hidup di Perantauan.

Dalam tulisan Andi Moein, A.M.G, yang berjudul Menggali Nilai-Nilai Budaya Bugis-Makassar dan Siri’ na Pacce (1990), makna sejati Siri’ sebagaimana diungkapkan dalam lontara La Toa (Naskah Aksara Tradisional Bugis-Makassar) yang berisi petuah-petuah, siri’ dapat dimaknai sebagai harga diri atau kehormatan.

Baca Juga: Gubernur Baru Jatim dengan Nama Sulsel yang Melekat

Juga dapat diartikan sebagai pernyataan sikap yang tidak serakah terhadap kehidupan duniawi (Moein MG, 1990: 10). Sedangkan makna pacce dapat diartikan sebagai rasa simpati yang dalam konsep masyarakat merupakan rasa atau perasaan empati terhadap sesama dan seluruh anggota komunitas yang terdapat dalam masyarakat.

Baca Juga: Membaca Assikalaibineng, Kitab Persetubuhan Bugis

Setiap manusia keturunan Bugis-Makassar dituntut harus memiliki keberanian, pantang menyerah menghadapi tantangan ataupun ujian hidup. Itulah sebabnya maka setiap orang yang mengaku sebagai masyarakat Bugis-Makassar memiliki orientasi yang mampu menghadapi apapun. (Moein, 1990: 12).

Falsafah yang Sakral

Muh. Abdi Goncing, menulis dalam makalah yang berjudul: Siri’ Na Pacce Sebagai Falsafah Hidup Masyarakat Bugis-Makassar dalam Perspektif Filsafat Sejarah. Ia mengungkap Siri’ merupakan sebuah konsep kesadaran hukum dan falsafah dalam masyarakat Bugis-Makassar yang dianggap sakral. Begitu sakralnya kata itu, sehingga apabila seseorang kehilangan Siri’ atau de’ni gaga siri’na (hilang rasa malu), maka tak ada lagi artinya dia menempuh kehidupan sebagai manusia.

Bahkan orang Bugis-Makassar berpendapat kalau mereka itu sirupai olo’ kolo’e (seperti binatang). Petuah Bugis berkata: Siri’mi Narituo (karena malu kita hidup). Untuk orang Bugis-Makassar, tidak ada tujuan atau alasan hidup yang lebih tinggi daripada menjaga Siri’, dan kalau mereka tersinggung atau dipermalukan (Nipakasiri’) mereka lebih senang mati dengan perkelahian untuk memulihkan malu dari pada hidup tanpa Siri’.

Baca Juga: Kitab Centhini dalam Falsafah Persetubuhan

Sedangkan Pacce sendiri merupakan sebuah nilai falsafah yang dapat dipandang sebagai rasa kebersamaan (kolektifitas), simpati dan empati yang melandasi kehidupan kolektif masyarakat Bugis-Makassar. Hal ini terlihat jika ada seorang kerabat atau tetangga maupun seorang anggota komunitas dalam masyarakat Bugis-Makassar yang mendapatkan sebuah musibah.

Maka dengan serta merta para kerabat atau tetangga yang lain dengan senang hati membantu demi meringankan beban yang terkena musibah tadi. Seolah bagi keseluruhan komunitas tersebut, merekalah yang sejatinya terkena musibah secara kolektif.

Jika nilai ini kemudian dilihat dari sudut pandang filsafat sejarah, maka akan ditemukan bahwa hakekat prinsip tersebut bersumber pada leluhur masyarakat Bugis-Makassar yang tersimpul dengan “duai temmallaiseng, tellui temmasarang” (dua bagian yang tak terpisahkan dan tiga bagian yang tak terceraikan). Artinya bahwa nilai ini sejatinya telah dirumuskan di masa lalu oleh para tetua dan kaum adat masyarakat Bugis-Makassar.

Baca Juga: Fantasi Fans AC Milan Menghadirkan San Siro di Makassar

Sejatinya, pengetahuan masyarakat Bugis-Makassar dan Sulsel secara umum atas sumber-sumber ajaran dari konsep nilai ini, telah ada dan tertuang dalam lontar-lontar Bugis-Makassar yang berisi tentang petuah-petuah (paseng ) yang menjelaskan bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupan.

Di antara hal-hal yang tertuang dalam lontar (lontara’) masyarakat Bugis-Makassar tersebut, ada lima perkara atau pesan penting yang disebutkan di dalamnya. Itu diperuntukkan bagi generasi pada saat itu, dan generasi yang selanjutnya agar senantiasa dipegangi dan ditegakkan dalam kehidupan. Kelima hal tersebut, sebagaimana yang dicatat oleh Andi Moein MG (1990: 17-18) adalah:

-Manusia harus senantiasa berkata yang benar
(ada’ tongeng).

-Harus senantiasa menjaga kejujuran (lempu’ )

-Berpegang teguh pada prinsip keyakinan dan pendirian (getteng)

-Hormat-menghormati sesama manusia (sipakatau)

-Pasrah pada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (mappesona ri dewata seuwae)

Jika melihat pesan-pesan tersebut, maka sejatinya yang sangat dituntut dari nilai falsafah siri’ adalah menyangkut etika atau tata krama dalam pergaulan dan menyangkut persoalan jati diri seseorang. Sebab jika dilihat lagi lebih dalam, maka sejatinya harga diri dan rasa malu seseorang akan senantiasa terjaga jikalau senantiasa menjaga dan memegangi kelima pesan tersebut.

Share444Tweet100Share40SendShare
ADVERTISEMENT
Previous Post

Dewan Pers Putuskan Koran Indopos Bersalah

Next Post

Ribut-ribut Camat di Makassar, Prinsipil atau Politis?

Related Posts

Spirit Doll di Mata Peneliti Pusat Studi Kebudayaan UGM
Artikel

Spirit Doll di Mata Peneliti Pusat Studi Kebudayaan UGM

by Kurniawan
12 January 2022

Lontar.id - Spirit doll atau boneka arwah masih menjadi polemik di tengah masyarakat. Keberadaan boneka yang menjadi tren di kalangan...

Read more
Main Ketoprak Bareng Dokter Reisa, Ganjar Bikin Gibran Tertawa

Main Ketoprak Bareng Dokter Reisa, Ganjar Bikin Gibran Tertawa

22 December 2021
Warga Yogyakarta Tangkap Ular 3 Meter di Kawasan Permukiman

4 Hal untuk Cegah Ular Masuk Rumah di Musim Hujan

15 September 2021
Erupsi Gunung Merapi Sebabkan Hujan Abu Vulkanik di Magelang

Sejarah Letusan Gunung Merapi Sejak Abad 19

11 November 2020
Mematung Mengabadikan Wajah Para Pahlawan Agung

Mematung Mengabadikan Wajah Para Pahlawan Agung

21 July 2020
Wabah Virus Covid-19 di China Diperkirakan Berakhir April 2020

Diskriminasi yang Sering Kita Lakukan Terhadap Penyakit Tak Terlihat

12 February 2020
Lontar.id

PT. Lontar Media Nusantara

Follow us on social media:

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

No Result
View All Result
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • KolomOpini
  • RagamHiburan
  •  Etnis.idwarta identitas bangsa
  •  Cermis.idaktual dalam ingatan

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In