Lontar.id – Pendiri Perusahaan e-commerce Alibaba group, Ma Yun telah menyatakan secara resmi pengunduran dirinya, Selasa (10/9/2019). Kini, Jack Ma -nama ngetopnya- bukan lagi sebagai chairman raksasa e-commerce asal China tersebut. Pengumuman ini sekaligus menandai era baru kepemimpinan Alibaba di bawah kendali, Daniel Zhang.
Jika melirik ke belakang, Alibaba di bawah komando Jack Ma menjelma dari ‘ulat kecil’ di kota Hangzou menjadi naga raksasa yang merevolusi industri perdagangan digital di China. Namun siapa sangka jika berdirinya Alibaba bermula dari pelancongan Jack Ma ke Amerika Serikat dan Australia.
Di AS, sekalipun perjalanannya berantakan, tetapi pria kurus ini malah ‘menemukan’ internet dan mendapatkan ide untuk memulai bisnis yang kelak mengubah jalan hidupnya. Sementara untuk ke Australia, dia harus tinggal di ruang bawah tanah dan ditolak berkali-kali sebelum mendapat visa.
Perjalanan Bisnis yang Amburadul
Sekitar tahun 1995 Jack Ma melakukan perjalanan dinas ke Amerika Serikat. Dia ditugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja untuk menagih utang dengan bekal kemampuan bahasa Inggrisnya. Ini adalah kunjungan pertamanya ke Negeri Paman Sam tersebut.
Rencana tinggallah rencana. Tugas utama Jack untuk menagih utang amburadul alias gagal total. Tapi karena kepalang datang ke AS dia menghubungi kenalannya di Seattle dan berkunjung ke rumahnya. Kebetulan temannya punya komputer. Disitulah dia pertama kali ‘berkenalan’ dengan internet dan langsung takjub. Dia merasa internet punya kekuatan besar yang akan mengubah dunia.
Sepulang dari AS dia langsung mengumpulkan teman-temannya di apartemen dan memaparkan rencana bisnisnya. Mimpinya sederhana: menghubungkan pedagang China dengan dunia luar melalui internet. Sebagian besar mencibir dan memintanya melupakan mimpi tersebut. Jack bersikeras bahwa ide tersebut akan berhasil dan keputusannya ternyata benar.
Melancong ke Aussie
Amerika Serikat bukan pelancongan pertama Jack Ma ke luar negeri. Sekitar tahun 1985 pria penggemar Taichi ini berkesempatan mengunjungi Australia berkat undangan dari keluarga Morley. Saat itu Jack masih sangat muda dan miskin. Seluruh perjalanannya dibiayai oleh keluarga Morley karena keluarga ini terkesan dengan sambutan Jack saat mereka berwisata ke kota asalnya di Hangzou lima tahun sebelumnya.
Selama di Negeri Kanguru tersebut Jack belajar banyak mengenai kehidupan masyarakat barat yang amat berbeda dengan negeri asalnya.
“Selama perjalanan itu untuk pertama kalinya saya melihat dunia di luar Tiongkok, dan itu adalah titik balik dalam hidup saya,” katanya.
Usaha Jack Ma untuk melancong ke Aussie tak mudah. Apalagi pada saat itu China belum seterbuka sekarang. Hanya yang punya keperluan dinas pemerintah, pendidikan dan kunjungan keluarga yang bisa mendapatkannya. Sebanyak 7 kali berturut-turut visa Jack Ma ditolak. Selama mengurus visa di Beijing dia tinggal di ruang bawah tanah dan hampir kehabisan uang.
Tapi dia tak menyerah. Pada kesempatan ke-8 dia berhasil meyakinkan orang kedutaan dan mendapatkan visanya. Setelah sebulan di Australia dia kembali ke China dengan perspektif yang berbeda. Perjalanan itu telah membuka mata Jack Ma sekaligus mengubah masa depannya.
Benar saja, 32 tahun kemudian Jack Ma kembali ke Australia. Bukan lagi sebagai pelancong biasa, tetapi sebagai CEO Alibaba, raksasa internet dunia. Dia datang untuk memberikan sumbangan senilai 20 juta dolar kepada University of Newcastle, kota tempat tinggalnya dulu.
Melancong sesungguhnya bukan kegiatan unfaedah. Bukan sekadar hura-hura dan menghamburkan duit. Jika disikapi secara bijak melancong justru sebuah investasi. Namanya investasi, hasilnya tentu tak instan. Bisa 10, 20 atau 50 tahun kemudian. Seperti yang dicontohkan oleh Jack Ma lewat perjuangannya ke Australia dan AS. Jika dia tak melancong, apa jadinya Alibaba?
Penulis: Abdul Rahman