Pernah menonton termintor? Film yang menggambarkan perang antara manusia robot. Sebuah pemandangan di mana nuklir dengan leluasa ditembakkan. Sebuah pemandangan yang menggiring manusia dalam kepunahan. Armagedon.
Lontar.id– Di kehidupan nyata, ancaman itu kian mengintai. Ketegangan antara Rusia dan Amerika bisa jadi pemicunya. Dua negara dengan kekuatan nuklir terbesar.
Baik Rusia dan Amerika, sesungguhnya mereka sadar akan ancaman ini. Keduanya pun telah sepakat untuk saling menahan diri dengan adanya perjanjian perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF). Namun belakangan masing-masing negara mempertanyakan komitmen.
Gedung Putih menilai Rusia menyalahi komitmen. Pun sebaliknya. Rusia berpikir demikian. Jika benar-benar kedua negara telah membulatkan tekad untuk memutus perjanjian, maka ancaman perang nuklir akan menjadi bahaya terbesar yang akan dihadapi umat manusia.
INF sendiri lahir dari kekhwatiran besar dari penggunaan atau uji coba proyek rudal senjata nuklir jarak menengah 500-1.000 km dan 1.000-5.500 km. Karena alasan keamanan dan kedaulatan negara proyek ini dihentikan dan ditandai dengan penandatanganan kesepahaman antara Ronald Regan dan Mickail Gorbachev pada 1987. Moskow dan Washington akhirnya menghancurkan 2.692 rudal, dengan waktu perjanjian hingga 1991.
Langkah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menarik diri dari perjanjian INF, mendapatkan banyak kecaman dari Eropa, disebabkan akan memperburuk keadaan dan menyeret terjadinya perang dunia.
Jerman dan Prancis adalah dua negara yang bereaksi cepat dan mengecam tindakan Amerika Serikat dan Rusia jika harus keluar dari perjanjian INF. Disebabkan akan mengancam pertahanan negara-negara Eropa, jika benar-benar terjadi perang.
Rudal balistik milik Amerika Serikat dan Rusia memiliki kemampuan daya tembak mencapai 5.500 km dan mampu menyasar negara-negara terdekat jika ditembakkan. Belum lagi kemampuan rudal balistik sangat cepat mencapai sasaran tembak, hingga negara yang dituju tak punya waktu jika ingin menggagalkan rudal tersebut sampai ke wilayahnya.
Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas bahkan akan meminta bantuan NATO agar membawa kedua negara ini ke meja perundingan kembali, untuk memperbaiki pernjanjian INF.
Demikian juga dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang meminta secara langsung ke Donald Trump agar tidak keluar dari perjanjian. Kemudian menyusul Negara China melalui Menteri Luar Negeri China Wang Yi yang menentang agar hubungan kedua negara bisa diperbaiki lagi.
Perjanjian INF merupakan kesepakatan besar yang diambil pada perang dingin, pada waktu itu. Amerika dan Rusia masing-masing memiliki kemampuan memproduksi senjata nuklir dan Amerika Serikat, telah bertahun-tahun mendominasi kekuatan nuklir. Hingga pada akhirnya menjatuhkan bom atom di Hirosima dan Nagasaki yang menandai berakhirnya perang dingin.
Amerika pada saat itu mulai memodifikasi forward based system weapon dengan rudal balistik jarak menengah yang diluncurkan melalui kapal selam. Kemampuan Negeri Paman Sam ini memodernisasi kekuatan militer, membuat Negeri Beruang Merah juga melakukan hal yang sama dengan memodifikasi kembali misil yang sudah tua dengan senjata canggih SS-20 Pioneer.
Ketakutan terhadap modernisasi kekuatan militer Rusia, karena mampu menjangkaui semua fasilitas militer utama di Eropa dalam jangkauan bidikan Rusia. Menyeret kedua negara ini akhirnya menyerah dan mau menandatangani perjanjian INF.
Lalu bagaimana jika negara supor power ini terlibat perang nuklir di masa mendatang? Tak ada yang meragukan kemampuan Amerika dan Rusia mengembangkan peralatan militernya, berbagai senjata model terbaru kerap di paradekan pada upacara militer sebagai simbol kebesaran dan negera tersebut telah siap menghadapi serangan kapan saja.
Jika benar-benar terjadi perang dunia ke-III maka daya hancurnya lebih besar dari perang dunia ke-II.
Penulis: Ruslan