Morgan Robertson bukanlah peramal. Namun novel hasil karyanya dianggap telah menubuatkan sebuah persitiwa besar. Tragedi tenggelamnya kapal Titanic.
Lontar.id – Futility, or the Wreck of the Titan merupakan sebuah novel karya Morgan Robertson yang terbit tahun 1898. 14 tahun kemudian jalan cerita yang dikisahkan Morgan seolah terjadi di dunia nyata. Tepatnya, 1912 tragedi tenggelamnya kapal Titanic memiliki kisah yang hampir mirip dengan isi novel tersebut.
Dalam versi novelnya, Morgan berkisah tentang malapetaka sebuah kapal besar bernama Titan yang tenggelam di samudera Atlantik bagian utara setelah menabrak gunung es. Kala itu kapal Titan tengah melakukan perjalanan dari dari Southampton ke New York City. Awalnya, novel tersebut bernama ‘Futility’ yang berarti ‘Kesia-siaan’ yang kemudian berubah judul menjadi ‘Wreck of the Titan’ (Bangkai Titan).
Baca Juga: Nubuat Syiah Kuala Tentang Pemimpin yang Bertepatan pada Moment Pilpres 2019
Butuh waktu dua tahun (1909-1911) bagi perusahaan pembuat kapal Harland and Wolff untuk menyelesaikan pembangunan kapal RMS Titanic. Dalam catatan sejarah, kapal ini merupakan yang terbesar di dunia dan salah satu maha karya terbaik di masanya. Pada pelayaran perdananya, Titanic tenggelam persis seperti kapal Titan yang diceritakan dalam novel.
Dalam novelnya, Robertson pun menggambarkan kesombongan manusia yang menyebut kapal tersebut tidak dapat tenggelam, hingga Titan hanya menyediakan 24 sekoci penyelamat untuk 2000 penumpangnya. Hal yang sama juga terjadi pada Titanic, begitu yakinnya Titanic tak dapat tenggelam, hingga pemilik kapal hanya menyediakan 20 sekoci penyelamat untuk 2200 penumpang. Atau hanya separuh dari jumlah sekoci yang dibutuhkan.
Baca Juga: Influencer Gagal di Balik Suksesnya Film Dilan 1991
Siapa Morgan?
Nama Morgan melambung kala novel fiksi garapannya, Futility, or the Wreck of the Titan itu menuai kontroversi. Kemiripan antara tenggelamnya kapal fiktif Titan dan tenggelamnya RMS Titanic pada 1912 menarik perhatian meski ada beberapa perbedaan.
Pada 1905 buku Robertson, The Submarine Destroyer diluncurkan, yang menggambarkan kapal selam yang menggunakan alat yang disebut periskop. Saat cerita ini diterbitkan pertama kali, para pejabat di Holland Submarine Company dikirim ke Robertson dan menanyainya apakah ia menganggap gagasan periskop praktis.
Sebagai tanggapannya, Robertson menunjukkan pada pejabat itu model yang dinyatakannya telah dipatenkan. Pejabat perusahaan itu begitu terkesan sehingga mereka membeli penemuan itu USD50 ribu.
Pada 24 Maret 1915, Robertson ditemukan tewas di ruangannya di Alamac Hotel di Atlantic City, New Jersey. Ia berusia 53 tahun. Dipercaya ia meninggal akibat overdosis protiodida.
Prediksi Peristiwa Pearl Harbour
Pada 1914 (dalam sebuah jilid juga memuat versi Futility yang baru) Robertson memasukkan cerpen berjudul Beyond the Spectrum, yang menggambarkan perang masa depan antara Amerika Serikat dan Jepang.
Seperti The Wreck of the Titan, Beyond the Spectrum melahirkan sejumlah kemiripan dengan peristiwa pada masa depannya. Jepang tak menyatakan perang namun malah meluncurkan serangan diam-diam atas kapal AS dalam perjalanan ke Filipina dan Hawai; armada serangan yang akan melakukan serangan mendadak ke San Francisco dihentikan oleh pahlawan yang menggunakan senjata dari kapal Jepang yang tertangkap. Kisah dalam cerpen itu katanya mirip dengan perang Pearl Harbour yang terjadi pada 1941.