Jakarta, Lontar.id – Harga tiket pesawat yang tak kunjung turun benar-benar mencapai puncaknya. Protes agar Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dicopot terus menggema di media sosial twitter.
Hingga Selasa (7/5/2019) malam, tagar PecatBudiKarya merajai trending topik di twitter Indonesia. Beragam protes disampaikan agar Budi segera menanggalkan jabatannya sebagai Menhub.
Ia dinilai gagal dalam mengatur kebijakan harga tiket pesawat. Naiknya harga tiket pesawat memang bukanlah hal baru. Para pengguna jasa pesawat udara rutin membandingkan standar harga tahun 2018 dengan 2019.
Sejak awal 2019, kebijakan penerapan bagasi berbayar maskapai Lion Group mengawali keluhan itu. Namun, Menhub seolah tak peduli. Aturan tetap ditegakkan dengan merestui penerapan bagasi berbayar bagi maskapai LCC.
Tetapi yang terjadi kemudian, penerapan bagasi berbayar ternyata tak mampu menurunkan harga tiket pesawat. Harga tiket domestik tetap tinggi. Gelombang protes masyarakat hanya direspons sang Menhub dengan janji akan turun.
Berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah dengan rapat bersama petinggi maskapai tak terbukti. Selaku regulator, Kementerian Perhubungan seolah tak mempunyai taji agar dipatuhi oleh pihak maskapai. Janji tiket pesawat turun ternyata hanya menurut tanggapan sang Menhub saja.
Harga tiket pesawat domestik pada hampir seluruh penerbangan di Indonesia tetap ‘selangit’. Para traveler yang rutin memantau harga tiket di berbagai aplikasi penjualan tiket hanya bisa curhat di medsos. Belum ada kekompakan saat memprotes kala itu.
Titik Jenuh Itu Tiba
Namun, titik jenuh mahalnya harga tiket pesawat sudah mencapai puncaknya di awal Mei 2019. Petisi yang awalnya hanya ditandatangani 500 ribuan orang kini telah menyentuh 1 jutaan. Tagar PecatBudiKarya juga mengiringi kekompakan protes masyarakat. Menhub ternyata enggan merespons.
Beberapa media online memberitakan itu. Budi Karya hanya terdiam saat ditanya Wartawan soal tagar PecatBudiKarya. Respons netizen di twitter semakin riuh. Apalagi para perantau. Momentum Ramadan jelas akan diakhiri dengan mudik lebaran. Harga tiket mahal yang tetap konsisten pastilah meresahkan.
Soal keluhan mereka tak perlu ditanya. Dunia maya dan dunia nyata di sekitar kita bisa menjadi tolak ukur. Perantau ada di mana-mana, tak cuma di Ibu Kota saja. Keluhan mereka seperti bom waktu. Jika tak direspons dia bisa meledak kapan saja.
Protes awal memang masih di ranah sosial media. Tapi sikap diam Menhub bisa saja memunculkan gelombang protes yang akan terus membesar. Tak perlu menunggu lama, momentum itu akan tiba jika pemerintah tetap bersikap biasa.
Ramadan sudah tiba, lebaran sebentar lagi. Sementara harga tiket masih bikin merana. Jika gelombang protes masih tak cukup, mungkin saja pihak maskapai sudah jadi pemerintah di Indonesia.
Jika itu terjadi, maka jangan tanyakan lagi apabila tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahnya sendiri menjadi bias. 4-5 bulan bukan waktu yang singkat pak Budi. Kok masalah ini tak kunjung menuai solusi. Atau mungkin benar Indonesia sudah butuh Menhub baru seiring menggemanya tagar PecatBudiKarya. Mari kita renungkan bersama.