Friday, May 16, 2025
Jaringan :   Cermis.id   Etnis.id
Lontar.id
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • RagamHiburan
  • KolomOpini
No Result
View All Result
Lontar.id
Home Artikel

Benarkah Bayi yang Kurus, Saat Dewasa akan Menjadi Gemuk?

Oleh Ais Aljumah
30 January 2020
in Artikel
Jumlah Bayi Lahir di Jepang Menurun 5,9 Persen

Ilustrasi bayi lahir. Foto: Int

44
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Lontar.id– Pernah mendengar orang tua di kampung yang mengatakan, bayi yang terlahir gemuk, biasanya memiliki kecenderungan akan menjadi kurus saat dewasa? Saya sendiri sering mendapatkan informasi seperti itu, meski hingga sekarang belum ada penemuan medis yang mengatakan bayi gemuk, lebih berpotensi menjadi kurus saat dewasa. Begitupun sebaliknya, bayi kurus, lebih berpotensi jadi gemuk saat dewasa.

Entah dari mana asal-usul pemikiran tersebut, tapi sebenarnya itu terjadi pada saya. Saat bayi hingga berumur lima tahun, saya memiliki bobot tubuh yang jauh lebih besar dari bayi-bayi lainnya di kampung. Saking gemuknya, saat saya dibawa ke posiandu, orang-orang dapat dengan memerhatikan badan saya.

Seiring berjalannya waktu, bobot tubuh saya berkurang dan badan saya perlahan menjadi kurus. Perubahan itu terjadi mulanya saat masuk Taman Kanak-Kanak (TK). Sejak mulai belajar di luar rumah itu, badan saya terus turun dan hingga saat ini (25 tahun), saya tidak pernah mengalami masa, badan saya menjadi gemuk. Bahkan, saya cenderung lebih susah gemuk, namun sangat mudah turun berat badannya.

Apakah kondisi itu nomal? Dan apakah berat badan saat bayi memengaruhi kondisi badan kita saat dewasa? Berikut penjelasan dokter seperti dikutip pada laman alodokter.com.

Sebenarnya dalam banyak kasus, tidak ada korelasi antara ukuran tubuh bayi di bawah usia 2 tahun dengan ukuran tubuhnya saat dewasa kelak. Artinya, bayi yang terlihat kecil belum tentu tumbuh menjadi orang dewasa yang tinggi dan kurus, atau bayi gemuk akan menjadi orang dewasa yang obesitas. Namun, hal tersebut tetap bisa menjadi pengaruh jika sangat kelebihan memiliki berat badan.

Untuk mengetahui apakah pertambahan berat bayi termasuk normal atau mengkhwatirkan maka perlu melihat tabel khusus ( Tabel Kartu menuju Sehat dll ) atau berkonsultasi dengan dokter anak. Jika dihitung secara usia berat 7,1 kg masih termasuk dalam range normal untuk usia bayi 3 bulan (termasuk percentil 95) dan belum dikategorikan bayi gemuk atau obesitas.

Jika susu ibu cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi , maka tidak perlu menambahkan sufor pada bayi, dengan penambahan sufor maka akan terjadi penambahan kalori berlebih. Dengan ASI saja kecukupan nutrisi bayi akan terpenuhi. Jika bayi terlalu gemuk yang ditentukan dengan melihat berat badan per tinggi badan, atau dengan menentukan BMI untuk bayi tentu saja bisa membawa dampak yang buruk di masa depan. Bayi yang saat kecil sudah mengalami obesitas akan menjadi obesitas saat dewasa nanti yang bisa mempengaruhi kesehatan.

Selain itu, tidak semua bayi itu haru gemuk. Dengan kata lain, gemuk bukan pertandan tubuh yang sehat. Memantau normal atau tidaknya pertumbuhan bayi harus dilakukan dengan patokan yang standar, jadi bukan dengan membandingkan ke bayi tetangga.

Jika ditilik dari berat badannya, pada usia 0 hingga 3 bulan, berat badan bayi akan bertambah sekitar 600 – 900 gram perbulannya. Karenanya, jika dalam 3 bulan bayi mengalami kenaikan berat badan sebanyak 2400 gram (2,9 kg ke 5,3 kg), artinya pertumbuhan bayi sudah optimal, meski tidak gemuk.

Menurut panduan WHO, makanan pendamping (MP) ASI sebaiknya diberikan setelah berusia 6 bulan, yakni setelah saluran pencernaannya berkembang dengan sempurna. Pemberian MP-ASI dini diperbolehkan jika bayi sudah berusia lebih dari 4 bulan. Namun inipun atas indikasi khusus, misalnya jika produksi ASI ibu tidak memadai dan tidak ditemukan donor ASI yang sesuai. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini tanpa indikasi yang jelas berisiko menyebabkan beberapa gangguan kesehatan, misalnya: 

  • Alergi
  • Mual, muntah
  • Aspirasi (tersedak)
  • Diare, konstipasi (sembelit

Selain itu, jika bayi sudah diberikan MP-ASI terlalu dini, maka frekuensi bayi menyusui ASI pun akan berkurang dan produksi ASI Anda bisa ikut menurun. Akibatnya, bayi menjadi rentan mengalami kekurangan gizi. 

Share18Tweet11Share4SendShare
ADVERTISEMENT
Previous Post

Solusi dari Sering Makan tapi Tetap Saja Kurus

Next Post

9 Mahasiswa Boyolali di Tiongkok Dalam Pantauan Pemkab

Related Posts

Spirit Doll di Mata Peneliti Pusat Studi Kebudayaan UGM
Artikel

Spirit Doll di Mata Peneliti Pusat Studi Kebudayaan UGM

by Kurniawan
12 January 2022

Lontar.id - Spirit doll atau boneka arwah masih menjadi polemik di tengah masyarakat. Keberadaan boneka yang menjadi tren di kalangan...

Read more
Warga Yogyakarta Tangkap Ular 3 Meter di Kawasan Permukiman

4 Hal untuk Cegah Ular Masuk Rumah di Musim Hujan

15 September 2021
Erupsi Gunung Merapi Sebabkan Hujan Abu Vulkanik di Magelang

Sejarah Letusan Gunung Merapi Sejak Abad 19

11 November 2020
Mematung Mengabadikan Wajah Para Pahlawan Agung

Mematung Mengabadikan Wajah Para Pahlawan Agung

21 July 2020
Wabah Virus Covid-19 di China Diperkirakan Berakhir April 2020

Diskriminasi yang Sering Kita Lakukan Terhadap Penyakit Tak Terlihat

12 February 2020
Jumlah Orang Terpapar Virus Corona di Kapal Pesiar Menjadi 61

Apakah Penggunaan Masker Benar-Benar Melindungi Kita dari Virus?

7 February 2020
Lontar.id

PT. Lontar Media Nusantara

Follow us on social media:

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

No Result
View All Result
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • KolomOpini
  • RagamHiburan
  •  Etnis.idwarta identitas bangsa
  •  Cermis.idaktual dalam ingatan

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In