Cukup aneh di zaman sekarang ini ada wilayah sebesar Amerika Serikat yang belum pernah dilihat manusia. Lokasinya melewati kutub di belahan lain kutub selatan. — Admiral Byrd, 1957
Bumi yang kita pijak sungguh belum sepenuhnya terjamah. Kisah masa lalu, menunjukan betapa planet ini menyisahkan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Seperti yang diungkapkan oleh Admiral Byrd dan juga dari cerita Baluqiya dan Nabi Khidir.
Lontar.id -Rasanya tak masuk akal jika luas permukaan bumi masih saja dipertentangkan. Sains dan ilmu pengetahuan pun telah setuju semua area di bumi sudah dipetakan seutuhnya. Dan menjadi dasar dan wajib masuk kurikulum disemua sekolah di seluruh dunia.
Akan tetapi, pertentangan demi pertentangan muncul belakangan ini. Ilmuwan banyak disorot lantaran kredibelitasnya dipertanyakan. Menurut anggapan bagi yang menentangnya, bumi ini belum sepenuhnya dijelajahi. Ada fakta yang disembunyikan. Seperti dari kisah Baluqya dan Nabi Khidir.
Jauh sebelum era kelahiran Nabi Muhammad, Ats-Tsa’labi mengisahkan lelaki yang bernama Isya. Dia dari kalangan Bani Israil. Isya merupakan salah satu ulama yang biasa membaca kisah terdahulu.
Dari kitab-kitab itu dia menemukan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. Semua sifat Muhammad ditulis dalam sebuah lembaran dan disembunyikan di dalam sebuah peti yang terkunci. Kuncinya dia sembunyikan di tempat yang tidak pernah diperhatikan.
Isya memiliki anak bernama Baluqiya. Jelang wafatnya, dia berwasiat kepada Baluqiya agar dia menjadi hakim di kalangan Bani Israil setelahnya. Setelah beberapa lama ayahnya meninggal, tiba-tiba dia melihat sebuah peti. Peti itu didapatkannya terkunci.
Dia tanyakan peti itu kepada ibunya. Ibunya menjawab, “aku tidak tahu apa yang ada di dalam peti ini dan tidak tahu dimana kuncinya.” Selanjutnya, kunci itu dihancurkan oleh Baluqiya dan membuka petinya.
Di dalamnya, dia melihat ada lembaran yang bertuliskan sifat Rasulullah SAW. Dari lembaran itu, Baluqiya juga mengetahui Muhammad akan menjadi penutup para Nabi dan Rasul. Serta surga diharamkan bagi para nabi sehingga dia dan umatnya masuk terlebih dahulu.
Setelah selesai membacanya, dia bawa lembaran tersebut kepada ulama Bani Israil. Takkala mendengar sifat Muhammad SAW, mereka berkata kepada Baluqiya, “Bagaimana bapakmu mengetahui hal ini, tetapi dia tidak memberi tahu kepada kami? Demi Allah, seandainya bukan karena engkau, pasti kuburanya akan kami bakar karena Isya telah menyembunyikan berita tentang junjungan para rasul.”
***
Baluqiya pun akhirnya memilih untuk beranjak dari kampungnya. Dia pamit kepada ibunya dan berjanji tidak akan kembali hingga dirinya bertemu Muhammad SAW.
Dengan memantapkan keyakinan dan niat tulus, Baluqiya melangkah tanpa ada petunjuk pasti di mana Muhammad berada. Baluqiya memulai pengembaraannya. Petualangan yang sesungguhnya membawa dirinya menemukan wilayah yang tak pernah terbesit dibenaknya.
Tibalah Baluqiya dalam sebuah jaziarah. Di sana terdapat ular besar dan dia berkata, “Tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusanNya.” Lalu Baluqiya pun mengucap salam. Kelompok ular itu bertanya kepada Baluqiyah, “Dari golongan mana engkau.”
Baluqiya pun menjawab dirinya berasal dari kaum Bani Israil dan menanyakan di mana Muhammad sekarang. Sayang, pertanyaan Baluqiya tanpa jawaban yang tegas. Oleh ular yang ditemuinya, mereka berkuasa atas semua ular yang berada di bumi. Andai si ular penjaga itu tak mengawasinya, ular akan bergerak dan mengancam umat manusia.
Perjalanan panjang Baluqiya membuatnya tak menemukan permukiman manusia. Bertemu ular berukuran besar dan mampu berbicara membuatnya bingung. Namun rasa takjub itu dibuangnya jauh-jauh, dirinya fokus untuk bertemu Muhammad. Perjalanan panjang dengan sederet keanehan tak berhenti dari situ.
Baluqiya menghitung sudah tujuh lautan telah dilalui. Dan itu dilaluinya dengan menempuh perjalanan bertahun-tahun. Hingga dirinya pun, kembali tiba dalam sebuah jazirah. Di sana terdapat pohon kurma dari emas. Apabila matahari muncul menyinarinya, maka ia mengeluarkan sinar seperti kilat sehingga tidak ada mata yang mampu untuk melihatnya karena kuat sekali kilauannya.
Di jazirah ini juga ada pepohonan yang besar buahnya. Baluqiya mengulurkan tangannya untuk mengambil buah dari salah satu pohon tersebut. Pohon itu menyeru, “Menjauh dariku hai khati’ (yang suka bersalah)!” Baluqiya pun mundur dan duduk. Di tengah kebingungan dan sulitnya menjelaskan situasi yang dialaminya kini tiba-tiba ada satu rombongan turun dari langit. Di tangan mereka ada pedang terhunus. Ketika mereka melihat Baluqiya, mereka berkata, “Bagaimana engkau sampai ke tempat ini?”
Baluqiya hanya memandang takjub. Beberapa saat dia berkata, “Saya dari Bani Israil, nama saya Baluqiya. Lalu kalian siapa?” Mereka menjawab, “Kami adalah kaum jin yang beriman. Asalnya kami berada di langit. Kemudian Allah menurunkan kami ke bumi. Kami diperintahkan untuk memerangi jin kafir di muka bumi. Sekarang kami akan memerangi mereka.”
Baluqiya pergi meninggalkan mereka. Tiba-tiba ada malaikat yang besar, postur tubuhnya sedang berdiri. Tangan kanannya ada di timur, sedangkan tangan yang kirinya ada di barat. Lalu malaikat itu berkata,” Tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Baluqiya mendekati dan mengucapkan salam kepadanya.
Malaikat itu pun bertanya kepada Baluqiya, “Siapa engkau?”
“Aku adalah seorang laki-laki dari Bani Israil. Aku pergi dalam rangka mencari penutup para nabi. Lalu siapa engkau?” jawab Baluqiyah.
Malaikat itu menjawab, dirinya ditugaskan Allah mengurusi gelapnya malam dan terangnya siang. Lalu Baluqiya berkata, “Apa dua baris yang ada di keningmu?”
Dia menjawab, “Dalam dua baris tersebut tertulis tambahan malam dan siang serta pengurangannya. Aku tidak menahan malam kecuali dengan ukuran yang ditentukan.”
Baca Juga: Kisah Samson, Nabi yang Didustakan Umatnya
***
Baluqiya terus melanjutkan melanjutkan perjalanannya. Tiba-tiba ada malaikat yang sangat besar. Dia berkata, “Tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah.”
Baluqiya mengucapkan salam kepadanya, malaikat itu pun menjawabnya. Baluqiya bertanya tentangnya, dia menjawab, “Aku adalah malaikat yang ditugaskan menangani angin. Aku tidak akan melepaskan angin kecuali atas iziNya. Aku menggenggam laut. Seandainya tidak demikian, tentu semua yang ada di muka bumi akan binasa.”
Keanehan demi keanehan, Baluqiya mencoba terbiasa dengan lingkungan yang dihadapinya. Semangat untuk bertemu Muhamad sangat menggebu-gebu. Hingga akhirnya Baluqiya tiba di gunung Qaf.
Gunung itu terbuat dari yakut hijau. Ia mengelilingi dunia seluruhnya. Karena pancaran sinar gunung tersebut, langit terlihat berwarna biru. Allah menugaskan penanganan gunung ini kepada seorang malaikat. Apabila Allah hendak mengguncangkan sebagian bumi.
Dia memerintahkan malaikat tersebut untuk menggerakkan lapisan yang tersambung dari belahan bumi tersebut ke gunung Qaf. Apabila Allah hendak menenggelamkan sebuah desa beserta isinya, maka Dia mengizinkan kepada malaikat itu untuk memotong lapisan kampung tersebut dari bumi. Baluqiya bertanya kepada malaikat itu, “Apa yang ada di belakang gunung ini?”
“Di belakang gunung ini ada 40 ribu kota selain kota-kota dunia. Kota itu terbuat dari emas dan perak. Tidak ada siang dan malam. Penduduknya adalah para malaikat yang tidak pernah lelah bertasbih kepada Allah,” jawab sang malaikat.
Baluqiya kembali bertanya, “Apa di belakang kota-kota itu?” Dia menjawab,” Di belakangnya ada 70 ribu hijab (penghalang). Setiap hijab besarnya seukuran dunia. Tidak ada seorang pun yang mengetahui di balik hijab itu, kecuali Allah.”
Baluqiya pun meninggalkan malaikat itu. Dia melanjutkan perjalanannya hingga sampai ke sebuah gunung. Di sana ada malaikat-malaikat yang rupa mereka seperti Kijang. Baluqiya mengucapkan salam kepada mereka, mereka pun membalasnya. Baluqiya bertanya kepada mereka, “Siapa kalian?”
“Kami adalah sebagian malaikat Allah. Di sini kami beribadah kepada Allah semenjak kami diciptakan,” jawab si malaikat.
Lalu Baluqiya bertanya kepada mereka tentang gunung besar yang menghadap kepada mereka, yang menyinarkan cahaya seperti matahari. Lalu malaikat menjawab, “Itu adalah gunung dunia yang terbuat dari emas. Semua logam emas yang ada di bumi bersumber darinya.”
***
Baluqiya meninggalkan mereka. Dia melanjutkan perjalanannya hingga sampai ke sebuah laut yang luas. Di sana ada dua ikan yang sangat besar. Dia mengucapkan salam kepada mereka, dan mereka pun membalasnya. Keduanya bertanya kepada Baluqiya, “Siapa engkau, hai makhluk Allah?”
“Aku Baluqiya, dari Bani Israil. Aku datang dalam rangka mencari Muhammad, penutup para nabi. Apakah kalian memiliki sesuatu yang bisa aku makan,” tanya Baluqiya. Atas izin Allah, kedua ikan itu memberinya roti. Dimakannya roti itu dan setelahnya Baluqiya tidak merasa lapar lagi.
Selanjutnya, dia sampai ke sebuah jazirah. Di sana Baluqiya melihat seekor burung yang sangat besar, indah rupanya dan memiliki sesuatu yang bisa membuat akal tercengang karena keindahannya. Burung itu ada di atas sebuah pohon yang di bawahnya ada hidangan yang di atasnya ada ikan yang dipanggang. Baluqiya mendekati burung itu, mengucapkan salam dan bertanya,”Siapa engkau?”
“Aku adalah salah satu malaikat yang ada di surga. Aku diutus oleh Allah mengirim hidangan ini kepada Adam dan Hawa ketika keduanya berkumpul di Gunung Arafah. Keduanya telah menyantap sesuatu darinya. Lalu Allah menyuruhku untuk meletakkan hidangan tersebut disini dan aku berdiam diri di dekatnya hingga hari kiamat,” kata si burung itu
Dia juga memerintahkanku untuk memberikan sesuatu kepada orang yang datang kesini. Maka Baluqiya memakan sesuatu dari hidangan itu. Akan tetapi tak sedikitpun hidangan itu berkurang. Hidangan itu seperti kembali keadaannya semula.
Baluqiya bertanya kepada sang burung tentang hidangan itu. Ia menjawab, “Sesungguhnya makanan dunia akan berkurang dan berubah bila didiamkan. Sementara makanan surga tidak akan pernah berkurang dan berubah.”
“Apakah ada seseorang yang pernah memakan hidangan ini?” tanya kembali Baluqiya.
“Sudah! Sesungguhnya Khidir Abdul Abbas, terkadang datang ke sini dan memakan hidangan ini. Setelah itu dia pergi lagi,” jawab si burung. Mendengar itu Baluqiya memutuskan diri tinggal di tempat untuk bertemu Khidir, berkumpul bersamanya dan menanyakan berbagai hal kepadanya.
Pada suatu hari, ketika Baluqiya sedang duduk, tiba-tiba Nabi Khidir AS mendatanginya dengan mengenakan pakaian putih. Baluqiya berdiri menyambut dan mengucapkan salam kepadanya. Khidihr membalasnya. Baluqiya berkata, “Wahai Abdul Abbas (Khidir), aku telah berpergian dalam rangka mencari Nabi akhir zaman hingga akhirnya aku sampai ke tempat ini. Aku diam di sini menunggu kedatanganmu agar engkau memberitahuku tentangnya.”
“Hai Baluqiya, sesungguhnya nabi akhir zaman tidak akan muncul saat ini, dan engkau tidak akan bertemu dengannya sekarang ini,” balas Khidir.
“Hai Baluqiya, tahukah engkau berapa jarak antara kamu dengan ibumu?” tanya Khidir kembali. Baluqiya menjawab, “Tidak tahu.” Khidir berkata, “Jaraknya adalah jarak tempuh 50 tahun.”
“Maukah aku letakkan kamu di hadapan ibumu?” kata Khidir. Baluqiyah mengiyakan dan Khidir menyuruhnya untuk memejamkan mata.
Baluqiya berkata, “Aku pejamkan kedua mataku. Aku tidak tahu apa-apa kecuali ibuku telah ada di sampingku. Aku buka kedua mataku, lalu aku mengucapkan salam kepada ibuku dan mengatakan kepadanya.”
Kedatangan Baluqiya, membuat ibunya terkejut. Pasalnya, ibunya melihat seekor burung putih telah membawa Baluqiya kembali ke sini. Lalu burung itu menghilang dengan cepat.
Sejak peristiwa itu, Baluqiya menceritakan semua kisahnya kepada ibunya. Kemudian dia pergi kepada Bani Israil dan juga menceritakan hal yang dialami selama perjalanan.
Dia ceritakan kepada Bani Israil dan semua keajaiban yang dilihatnya. Perkataan Baluqiya selama menempuh perjalan puluhan tahun juga diabadikan oleh Bani Israil dalam sebuah catatan. Menurut sebuah riwayat, Baluqiya berumur seribu tahun.
Kisah Baluqiya ini cukup masyhur. Mampukah kisah masa lalu itu akan membawa kita kepada fakta sains atau pemahaman baru perihal rahasia lain dari bumi. Pernyataan dari Admiral Byrd juga akan membuka tabir dari hal yang disembunyikan. Seperti apa dan mengapa.