Jakarta, Lontar.id – Sebuah kabar sedih menyelimuti Indonesia. Sutopo Purwo Nugroho berpulang usai berjuang melawan penyakit kanker paru-paru yang ia alami. Kabar tersebut datang Minggu (7/7/2019) dini hari, Pukul 01.00 WIB. Sang pejuang informasi bencana itu tutup usia di Rumah Sakit St. Stamford Modern Cancer Hospital, Guangzhou, China.
Ucapan belasungkawa tak henti mengalir. Kepergian Sutopo juga mengakhiri totalitas dan profesionalismenya dalam bekerja. Jabatannya sebagai Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membuat namanya cukup familiar bagi penduduk Indonesia.
Letak Indonesia yang masuk sebagai salah satu Negara rawan bencana—membuat Sutopo tak pernah jemu menyampaikan informasi. Baik cara kita mengantisipasi, maupun apa yang seharusnya dilakukan ketika bencana itu tiba. Kepiawaiannya dalam membaca perkembangan teknologi membuat Sutopo tak hanya pandai memberikan penyampaian lisan.
Penggemar artis Raisa itu juga begitu lihai dalam menulis dan melaporkan peristiwa yang terjadi. Sehingga, kabar sumir dan simpang-siurnya informasi bencana akan segera terang benderang ketika Sutopo sudah turun tangan. Proses verifikasi media terhadap suatu informasi bencana pun akan sangat terbantu dengan kecekatan Sutopo dalam mengabarkan perkembangan dan update terkini lewat tulisannya.
Bukan hanya itu, Sutopo juga paham bagaimana memanfaatkan media sosial. Kebingungan kita tentang kebenaran sebuah bencana akan segera tercerahkan hanya hitungan menit setelah kabar awal yang membingungkan mulai ramai tersebar. Laporan Sutopo di media sosial twitter, instagram, dan lainnya segera menyusul hanya hitungan menit demi meluruskan dan mencerahkan pemahaman masyarakat kita yang mudah panik.
Yang Ditinggalkan Sutopo
Bencana tsunami di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat (28/9/2019) mungkin menjadi salah satu bagian dari totalitas seorang Sutopo dalam mengabarkan perkembangan musibah dahsyat itu. Kondisi kesehatannya yang tak lagi stabil tidak membuat seorang Sutopo terlihat sakit. Ia selalu tampil segar baik dalam menyampaikan informasi secara lisan maupun lewat update terkini tulisannya.
Saya mungkin satu dari sebagian orang yang mash bingung dengan musibah yang terjadi di Palu saat itu. Apakah itu tsunami atau musibah air bah yang datang disertai gempa. Hanya satu rujukan yang paling masuk akal saat kebingungan itu datang. Ya, status Sutopo lah yang paling selalu ditunggu.
Tulisannya lewat akun media sosial resminya akan selalu memberikan jawaban yang pasti. Secara kapasitas, Sutopo jelas punya dasar pertimbangan dan koordinasi yang matang sebelum menyampaikan informasi pasti.
Kehadirannya bagaikan oase menyejukkan di tengah kebingungan kita tentang bencana. Bagai seorang reporter, ia sangat update soal perkembangan bencana. Dan seperti seorang teman yang baik, Sutopo juga paham cara menyampaikan ilmu mitigasi bencana kepada para milennial. Dia kerap bersikap melankolis dan tegas saat dibutuhkan.
“Gunungapi itu tak ubahnya manusia. Jika menyimpan perasaan di dapur magmanya akan dikeluarkan dalam erupsi, tremor, dan lainnya. Jika kalian memendam rasa cinta, ungkapkan. Jangan hanya disimpan dalam hati. Keluarkan erupsi dari dapur hatimu.” Begitu salah satu kutipan Sutopo yang kini akan jadi warisan pembelajaran bagi siapa saja.
Sutopo paham bagaimana penyampaian informasi itu tak melulu harus formal. Kadang butuh penyesuaian dalam menangkap perkembangan zaman. Sehingga ilmu yang disampaikan tak sulit dicerna oleh siapapun.
Sutopo juga mewariskan kita suatu pelajaran yang paling berharga lewat banyak ungkapan lisan dan tulisannya. Salah satu warisan tulisannya yang akan selalu bermakna diungkapkan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Lewat unggahannya di instagram, Jokowi mengupload sebuah foto kebersamaannya dengan Sutopo dan mengungkit pernyataan pria kelahiran Boyolali itu soal usia singkat yang harus bermanfaat.
“Hidup itu bukan soal panjang pendeknya usia, tapi seberapa besar kita dapat membantu orang lain.”
Ada begitu banyak ungkapan mencerahkan yang disampaikan seorang Sutopo. Tak saja bagi yang mengenalnya, tapi juga bagi orang-orang yang baru saja mengenalnya. Dia pergi dengan sebuah makna dan manfaat yang besar bagi kita. Kesedihan atas kepergiannya bahkan merajai trending topik di twitter. Bagaikan buah dari bencana besar, Sutopo kini pergí setelah gejolak bencana di Indonesia telah usai bergolak.